Movies

Review Film Harry Potter 20th Anniversary Return to Hogwarts

Review Film Harry Potter 20th Anniversary Return to Hogwarts

Akurasi.id, Jakarta –  Warner Bros. tampak sudah memiliki resep menghidupkan kembali tayangan legendaris, dan lebih berpeluang untuk diterima publik dibanding membuat versi reboot: sesi reuni.
Hal itu terlihat dari sesi reuni terbaru yang ditayangkan oleh Warner Bros. melalui HBO Max, Harry Potter 20th Anniversary Return to Hogwarts. Sebelum Return to Hogwarts, HBO Max merilis The Fresh Prince of Bel-Air Reunion pada 2020 dan Friends: The Reunion pada 2021.

Untuk Return to Hogwarts, acara reuni untuk penggemar Harry Potter ini tayang kurang dari setahun setelah Friends The Reunion yang rilis pada Mei 2021. Selang waktu yang mirip juga terjadi antara Friends The Reunion dengan The Fresh Prince of Bel-Air Reunion yang rilis pada November 2020.

Selayaknya dua sesi reuni tersebut, Return to Hogwarts adalah momentum penggemar Harry Potter yang mungkin kini sudah berkepala tiga dan memiliki anak, untuk kembali mengenang tayangan favorit mereka semasa anak-anak dan remaja dulu.

Suasana nostalgia jelas terasa dari film ini. Formulanya pun sama dengan Friends The Reunion dan The Fresh Prince of Bel-Air Reunion: mengundang pemain asli untuk datang ke lokasi syuting yang sama atau minimal diatur mirip dengan set aslinya.

Ditambah dengan obrolan antar pemain mengenang masa lalu dan dampak tayangan itu pada mereka, jelas akan memberikan sesi nostalgia tersendiri bukan hanya kepada para pemain melainkan juga penggemar.

Dampak yang sama juga masih terasa. Beberapa informasi memang sudah akrab bagi penggemar. Namun ada juga sejumlah informasi yang sebelumnya tak pernah dibayangkan oleh Potterhead, setidaknya oleh saya yang terbilang dulu pernah ‘halu’ menjadi bagian dari sekolah sihir itu.

Namun dibanding Friends The Reunion, film ini memiliki eksekusi yang lebih baik. Setidaknya, tidak ada tiba-tiba sesi runway kostum macam Halloween dari artis-artis yang sebenarnya tidak ada sangkut pautnya dengan cerita tayangan itu.

film ini juga lebih fokus pada para pemain dan kru, dan dibuat seolah obrolan kawan lama serta pengakuan ala-ala reality show. Dengan sebagian besar obrolan dipandu oleh Daniel Radcliffe, obrolan para pemain dan kru jelas terasa lebih santai dan intim.

Alur nostalgia itu pun dibuat lebih rapi dengan pembagian babak-babak yang menggambarkan sejumlah momen penting dari dunia Harry Potter. Momen-momen emosional juga jelas terlihat disiapkan dan diatur sebaik mungkin.

Film satu jam 38 menit ini juga lebih fokus pada produksi film serial Harry Potter, alih-alih cerita serta gagasan si Anak yang Bertahan Hidup yang sebenarnya buah pemikiran JK Rowling. Sehingga, peran Rowling begitu terasa dikesampingkan dalam film ini.

Hal tersebut terlihat dari film ini yang sama sekali tidak mengundang Rowling. Wawancara Rowling yang muncul pun hanya berupa arsip dari 2019, era sebelum kontroversi pandangannya terhadap kelompok transgender menimbulkan protes dan pertentangan dari para pemain Harry Potter.

Saya sebagai salah satu dari penggemar sebenarnya cukup kecewa ketika JK Rowling tidak terlibat secara langsung dalam sesi reuni. Bagaimana pun juga, Rowling adalah awal mula dari dunia sihir Harry Potter yang mampu menjadi penyemangat jutaan Potterhead di dunia.

Meski begitu, keputusan sutradara Casey Patterson dan para produser untuk tidak menyertakan Rowling menimbang kontroversi yang pernah terjadi juga bisa dimaklumi. Jelas Warner Bros. tak ingin menimbulkan sesuatu yang bisa menjadi kontroversi dari kelompok yang sakit hati oleh Rowling.

Selain ketiadaan Rowling yang membuat sesi reuni ini menjadi terasa tak terlalu spesial, sejumlah pemain yang memerankan sosok ikonis pun tidak tampak.

Misalnya Michael Gambon yang berperan sebagai Albus Dumbledore dari film ketiga hingga kedelapan, Imelda Staunton sebagai Dolores Umbridge, Julie Walters sebagai Molly Weasley, atau Maggie Smith yang menjadi Professor McGonagall.

Padahal karakter-karakter tersebut punya peran dan kesan yang signifikan dalam kisah Harry Potter. Para penggemar pun pasti mengenali rupa wajah mereka, bahkan masih ingat adegan atau gaya-gaya ikonis karakter tersebut serta alasan mereka dicintai atau dibenci.

Namun seiring dengan film ini berjalan, Return to Hogwarts menampilkan betapa banyak aktor papan atas Inggris yang terlibat dan karakter yang muncul dalam dunia Harry Potter. Sehingga rasanya memang menjadi tantangan tersendiri dalam menentukan siapa yang mestinya ditampilkan dalam sesi reuni.

Meski begitu, mengingat film dokumenter ini ditayangkan di layanan streaming, semestinya durasi bukan menjadi sebuah hambatan. Apalagi film ini sudah pasti hanya dinantikan oleh penggemar Harry Potter yang akan dipastikan rela menyediakan waktu untuk kembali bernostalgia dengan dunia magis Harry Potter.

Terlepas dari itu semua, Return to Hogwarts masih patut menjadi rekomendasi tayangan untuk pencinta Harry Potter. Setidaknya, film dokumenter ini seperti penutup yang manis dari saga Harry Potter yang terakhir kali tayang pada 2011.

Bahkan lebih dari itu, dokumenter ini juga mengingatkan bahwa cerita dan delapan film Harry Potter bukan hanya sekadar film serta kisah fantasi, melainkan sebuah bab tersendiri dalam sejarah perfilman dan buku anak-anak di dunia. (*)

Sumber: CNNIndonesia.com

Editor: Redaksi Akurasi.id

Drakor Ghost Doctor - Akurasi.id

Drakor Ghost Doctor, Drama Genre Fantasi dan Supranatural

Drakor Ghost Doctor - Akurasi.id

Drakor Ghost Doctor tentang drama kedokteran bergenre fantasi dan supranatural. (istimewa)

Drakor Ghost Doctor, drama tentang dokter genre fantasi dan supranatural. Drama ini diperankan aktor Rain dan Kimbum.

Akurasi.id, Jakarta – Drama Korea (Drakor) terbaru berjudul Ghost Doctor meraih rating 4,4 persen saat rilis episode pertama pada 3 Januari 2022 lalu. Ada beberapa alasan mengapa kamu harus menonton drama ini.

Bukan drama kedokteran seperti pada umumnya, Ghost Doctor menyajikan nuansa fantasi dan supranatural. Kisahnya tentang kedua dokter yang saling bertukar tubuh. Drama yang tayang setiap Selasa dan Rabu di VIU ini juga semakin membuat penasaran karena proyek ini akan digarap oleh Boo Sung Chul. Yakni sutradara yang telah menghasilkan berbagai serial hit The Heirs dan My Girlfriend is Gumiho.

Menceritakan Kisah Dua Dokter Berkepribadian dan Berkemampuan Berbeda

Ghost Doctor merupakan sebuah drama medis dan fantasi yang bercerita tentang seorang ahli bedah toraks jenius bernama Cha Young Min (Rain) dan dokter residen Go Seung Tak (Kim Bum).

Cha Young Min merupakan seorang dokter bedah yang arogan dan egois. Karena kasus yang tidak terduga, rohnya merasuki tubuh dokter lain, Go Seung Tak. Go Seung Tak adalah seorang penduduk yang sangat cerdas yang berasal dari latar belakang istimewa. Lahir dari keluarga kaya dengan pikiran yang cemerlang, dia tumbuh dengan segala kelebihannya.

Cha Yong Min yang mendapat julukan “si tangan emas” merasuki tubuh Go Seung Tak, “si tangan jelek”. Cha Young Min dengan sifat egoisnya, sementara Seung Tak dengan sifatnya yang tidak sopan ditambah dengan kemampuannya yang sangat minim sebagai seorang dokter.

Awalnya mereka sulit beradaptasi karena keduanya memiliki kepribadian dan kemampuan yang berbeda. Namun lama kelamaan mereka mampu membangun chemistry yang baik bahkan saling akrab.

Drakor Ghost Doctor Menampilkan Gaya Hidup Dunia Kedokteran

Drama ini akan menceritakan kisah emosional dari dokter hantu yang bahkan setelah kematian mereka, tidak dapat meninggalkan rumah sakit atau pasien mereka. Ghost Doctor berlatar belakang pada dunia kedokteran dan dunia medis. Drama ini sangat menggambarkan bagaimana kehidupan dalam dunia kedokteran yang cukup intens.

Setiap hari mereka harus berhadapan dengan pasien, serta tanggung jawab antara hidup dan mati ada di tangan para dokter. Meskipun hanya cerita fiksi, namun Ghost Doctor mampu mengemas cerita dan suasana rumah sakit dengan sangat baik.

Selain Rain dan Kim Bum, drama ‘Ghost Doctor’ ini juga dbintangi oleh Son Naeun Apink sebagai petugas magang di UGD bernama Oh Soo Jung, dan UEE sebagai ahli bedah saraf bernama Jang Se Jin. (*)

 

Sumber: Liputan6.com
Editor: Redaksi Akurasi.id

Film 'CODA' : Kisah Anak dari Keluarga Tunarungu

Film ‘CODA’ : Kisah Anak dari Keluarga Tunarungu

Akurasi.id – Film CODA adalah salah satu film drama musikal keluarga yang paling menawan dan menyentuh secara emosional pada tahun 2021. Film ini banyak mendapatkan perhatian karena telah memenangkan berbagai penghargaan di antaranya dari Palm Springs International Film Festival 2021 dan Sundance Film Festival 2021. Film ini sendiri merupakan remake dari film asal Prancis, ‘La Famille Bélier’ yang dirilis pada tahun 2014, mengisahkan anak dari keluarga tunarungu.

CODA (Child of Deaf Adult) merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan anak dari keluarga tunarungu atau orang tua penyandang tuli pendengaran. Diceritakan Ruby adalah seorang remaja SMA yang menghabiskan harinya dengan membantu bekerja di perahu nelayan bersama keluarganya setiap pagi sebelum berangkat sekolah. Sejak kecil, dia telah menjadi jembatan komunikasi antara keluarganya dengan orang luar. Karena latar belakang keluarga penyandang disabilitas, ia sering dirundung oleh temannya. Keinginan Ruby untuk bernyanyi saat mengikuti paduan suara sebagai pilihan ekstrakurikulernya mulai terbangun.

Guru musiknya yang menyukai suaranya menawarkan untuk melatihnya secara pribadi agar ia bisa mengikuti audisi di Berklee College of Music untuk mendapatkan beasiswa di sekolah tersebut. Namun orang tuanya yang takut Ruby meninggalkan mereka menolak gagasan tersebut mentah-mentah. Walau begitu, pada akhirnya keluarganya menyetujuinya karena saat Ruby bernyanyi bersama temannya pada pentas di sekolah, orang tua Ruby yang tidak bisa mendengar melihat berbagai ekspresi penonton saat Ruby bernyayi membuat mereka yakin bahwa Ruby adalah penyanyi yang hebat.

Sisi menarik lainnya dari film ini adalah dibintangi oleh para pemeran yang juga merupakan keluarga disabilitas penyandang tunarungu. Ini membuat kita mendapatkan feel lebih saat menontonnya. Film ini bisa ditonton secara langsung di kanal Apple TV+. Banyak nilai moral positif yang dapat kita ambil dari film ini terutama agar kita lebih menghargai dan mendengar saudara kita terutama penyandang disabilitas. (*)

Editor: Redaksi Akurasi.id

Sumber: Kumparan.com

 

 

 

Review Film The Boss Baby: Family Business (2021)

Review Film The Boss Baby: Family Business (2021)

Akurasi.id – Siapa yang sudah menonton film animasi The Boss Baby (2017)? Kisah Ted, sang Boss Baby, dan kakaknya, Tim, akhirnya berlanjut ke sekuelnya yang berjudul The Boss Baby: Family Business. Sekuel film ini seharusnya tayang pada 2 Juli 2021. Namun karena penutupan bioskop beberapa bulan lalu, Family Business baru tayang di Indonesia pada 3 Desember 2021.

Masih ingatkah kamu bahwa Tim dan Ted diceritakan telah dewasa di akhir film pertama The Boss Baby? Nah, Family Business bakal menceritakan kehidupan Tim dan Ted di usia dewasa mereka. Selain kembali menampilkan sebagian besar karakter dari film pertama, Family Business juga memperkenalkan villain baru, serta istri dan kedua anak perempuannya Tim.

Film ini berkisah tentang Tim dan Ted yang telah dewasa dan memiliki kehidupan masing-masing. Tim disibukkan dengan keluarganya dan Ted disibukkan dengan pekerjaannya. Tim dan Ted kemudian harus menjadi anak kecil lagi demi misi menghentikan niat jahatnya Dr. Erwin Armstrong.

Kamu pasti pernah merasakan ketika semakin bertambah umur, kamu malah semakin jauh dengan orang terdekat, termasuk ke saudara sendiri. Nah, Family Business mengangkat permasalahan tersebut sebagai jalan ceritanya. Walau hadir dalam bentuk animasi yang identik dengan anak-anak, Family Business malah mengangkat isu yang relate dengan kehidupan orang dewasa.

Tim dan Ted terlihat begitu dekat saat mereka masih anak-anak, seperti yang bisa kamu lihat di film pertamanya. Namun saat mereka dewasa, kakak-adik ini malah seperti orang asing dan terlihat canggung satu sama lain. Enggak disangka, misi yang mengharuskan mereka kembali menjadi anak kecil yang malah memperbaiki hubungan Ted dan Tim.

Dibandingkan film pertamanya, isu yang diangkat di Family Business bisa dibilang lebih berat. Enggak hanya isu tentang hubungan antar saudara, Family Business juga mengangkat topik tentang hubungan antara ayah dan anak.

Enggak perlu diragukan lagi bahwa Family Business adalah paket film keluarga yang lengkap. Anak-anak yang menonton bisa terhibur dengan kelucuan film ini, sedangkan remaja dan orang dewasa yang menonton bisa mengambil pesan di balik kekonyolan film ini.

Enggak diragukan lagi bahwa hal yang membuat film pertama The Boss Baby jadi sangat lucu adalah kehadiran karakter Ted, seorang bayi dengan suara bapak-bapak. Untungnya, Family Business kembali menghadirkan Ted versi bayi dengan suara bapak-bapaknya. Ditambah lagi dengan Tim versi anak-anak yang juga dibuat dengan suara bapak-bapak di film ini.

Film pertamanya menampilkan pertengkaran Tim dan Ted dengan pikiran mereka yang memang masih anak-anak. Sedangkan di Family Business, Tim dan Ted secara psikologis adalah orang dewasa walaupun fisik mereka kembali menjadi anak-anak dan bayi. Nah, inilah yang membuat Family Business jadi lebih lucu dari film pertamanya.

Bagaimana enggak makin ngakak? Kamu seakan melihat dua orang dewasa bertengkar dengan cara yang kekanak-kanakan di Family Business. Rasanya sulit membayangkan mereka adalah anak-anak ketika Tim tampil dengan suara bapak-bapaknya, mengingat Tim memiliki suara anak-anak di film pertamanya.

Di antara semua adegan Family Business, adegan Tim dan Ted membuat kekacauan supaya bisa tiba di sekolah bisa dibilang yang paling lucu. Enggak hanya lucu terpingkal-pingkal, kamu juga bisa menemukan banyak karakter lucu menggemaskan di film ini. Dibandingkan film pertamanya, Family Business menampilkan lebih banyak karakter bayi menggemaskan.

Salah satu yang membuat film pertamanya menarik adalah plot twist villainnya. Enggak disangka, villain film pertama adalah mantan karyawan BabyCorp yang punya dendam dengan perusahaannya. Memang terdengar klise, namun plot twist tersebut yang membuat villain di film pertama punya latar belakang kuat untuk melakukan rencana jahatnya.

Family Business sebenarnya kembali menggunakan formula villain dengan plot twist, tetapi dengan konsep yang berbeda. Villain Family Business, yaitu Erwin Armstrong, sama sekali enggak punya hubungan dengan BabyCorp. Dia ternyata adalah seorang bayi super cerdas yang merasa enggak membutuhkan orang tua dan orang dewasa lainnya.

Jika dibandingkan dengan villain di film pertama, Erwin enggak punya motivasi yang berkesan. Dia hanyalah seorang villain yang melakukan kejahatan hanya demi kepuasan pribadinya. Walau secara motivasi tidak spesial, aktor pengisi suara Erwin, yaitu Jeff Goldblum, memerankan karakter ini dengan sangat baik.

Film inipun menjadi pilihan yang tepat untuk ditonton bersama keluarga. Orang dewasa pun bisa mendapatkan pesan yang relate dengan kehidupan mereka. (*)

Editor: Redaksi Akurasi.id

Sumber: Kincir.com

 

 

 

Review Film Ghostbusters Afterlife: Regenerasi Para Pemburu Hantu!

Review Film Ghostbusters Afterlife: Regenerasi Para Pemburu Hantu!

Akurasi.id Film Ghostbusters Afterlife memperbaiki segala hal yang rusak pada film/remake sebelumnya, Ghostbusters Answer The Call (2016). Digarap langsung oleh Jason Reitman yang juga anak dari kreator franchise Ghostbusters, Ivan Reitman, Afterlife mengembalikan heart, thrill, dan suspense yang hilang pada film sebelumnya sekaligus memasukkan tone baru yang lebih engaging. Hasilnya, Afterlife adalah nostalgia trip yang setia dengan asalnya namun tidak kehilangan kebaruannya.

Film Ghostbusters Afterlife dibuka oleh Egon Spengler (mending Harold Ramis). Kurang lebih 31 tahun sejak insiden Vigo the Carpathian di New York (Ghostbusters II, 1989), Ghostbusters membubarkan dirinya. Keempat anggotanya yaitu Ray, Winston, Peter, dan Egon memutuskan berpisah serta memulai kehidupan baru. Walau begitu, dari keempatnya, hanya Egon yang memutuskan untuk tetap di jalur supernatural.

Meninggalkan keluarganya dan pindah ke sebuah kota kecil bernama Summerville, Egon memburu makhluk supernatural misterius yang muncul dari Penambangan Shandor. Dengan segala teknologi berburu hantu yang ia punya, Egon pede bakal bisa menangkap makhluk tersebut seorang diri. Nasib berkata beda, teknologi yang disiapkan Egon rusak di saat genting dan ia menjadi korbannya. Egon tewas seketika.

Sebelum tewas, Egon sempat mewariskan rumahnya di Summerville ke putrinya, Callie (Carrie Coon). Dalam kondisi ekonomi pas-pasan dan hendak diusir dari apartemennya, Callie tak punya pilihan selain memborong kedua anaknya, Trevor (Finn Wolfhard) dan Phoebe (McKenna Grace), ke Summerville untuk menempati rumah Egon.

Awalnya, kehidupan baru Callie, Trevor, dan Phoebe di Summerville berjalan baik-baik saja. Callie dekat dengan seismologist Gary Grooberson (Paul Rudd), Trevor mendapat pekerjaan di Spinners Burger Shack, dan Phoebe berteman dekat dengan bocah podcaster bernama Podcast (Logan Kim). Namun, normalitas itu perlahan berubah seiring dengan makin banyaknya event-event misterius di Summerville dan terkuaknya hal-hal yang selama ini dirahasiakan Egon dari keluarganya maupun Ghostbusters.

Ketika trailer film Ghostbusters Afterlife pertama kali muncul, first impression yang timbul adalah kisahnya akan lebih dark dan serius. Realitanya, hal itu tidak sepenuhnya benar. Di satu sisi, cerita Ghostbusters: Afterlife memang lebih dramatis dengan tema family sebagai backdropnya, namun di sisi lain tetap asyik seperti kedua prekuelnya. Penonton akan menemukan misteri, investigasi, dan laga yang fun di dalamnya.

Treament film Ghostbusters Afterlife sendiri berhasil menghindari kesalahan yang dibuat oleh Star Wars Episode VII: The Force Awakens. Jason Reitman tidak membuat cerita yang terasa seperti kemasan ulang dari kedua film sebelumnya. Meski di dalam film para penggemar lama akan menemukan banyak penghormatan ke prekuel, kisah Ghostbusters: Afterlife benar-benar dirancang sebagai true sequel dari sisi manapun.

Pemilihan setting rural sebagai lokasi utama kisahnya adalah salah satu indikatornya. Dengan memborong perburuan hantu dari lokasi yang lebih metropolis dan modis ke lokasi yang lebih minimalis, sutradara Jason Reitman bisa menghindari segala potensi kemiripan dengan film-film garapan ayahnya.

Indikator lainnya adalah delivery komedi. Jason Reitman tahu betul bahwa franchise Ghostbusters bukanlah film horror through and through, melainkan film horror dengan bumbu komedi. Komedinya sendiri hadir dari dinamika anggota Ghostbusters, yang memiliki pribadi berbeda-beda, merespon event-event supernatural di hadapan mereka.

Untuk menghadirkan dinamika yang serupa tapi tak sama dengan pendahulunya, Jason Reitman memutuskan untuk memakai pendekatan ala Stranger Things, The Goonies, dan IT. Tim Ghostbusters tak lagi diisi orang dewasa, tetapi anak-anak dan remaja yaitu Trevor, Phoebe, dan Podcast. Selain itu, setting waktunya saat libur musim panas di mana anak-anak biasa berlibur.

Sama seperti Egon cs, masing-masing memiliki kepribadian berbeda. Phoebe adalah the Brain dari tim yang baru. Dia sejenius Egon, namun lebih sassy, adaptable, dan less socially awkward dibanding kakeknya yang kaku. Trevor sebagai the Outsider ala Winston. Trevor tidak sepintar adiknya ataupun punya ketertarikan terhadap hal-hal supernatural, namun mampu berkontribusi besar ketika dibutuhkan. Sementara Podcast, ia hadir sebagai the Everyman ala Ray dan Peter. Ia tak kenal takut dan selalu antusias (dan menghibur) tiap kali menyelidiki misteri di Summerville sebagai materi podcastnya.

Kehadiran tokoh anak-anak dan remaja membuat Ghostbusters: Afterlife terasa jauh lebih adventuring dan thrilling dibandingkan pendahulunya. Imajinasi yang masih liar plus spirit maju terus pantang mundur membuat para Ghostbusters baru lebih ngegas ketika harus merespon event-event supernatural. Hasil akhirnya adalah penelusuran misteri yang lebih engaging dengan sense of awe plus laga yang lebih beringas ketika Phoebe cs harus berhadapan langsung dengan ancaman-ancaman di Summerville.

Pendekatan tersebut kontras dengan para Ghostbusters sebelumnya. Dibanding Phoebe cs, Egon, Ray, Peter, dan Winstone lebih logis dan berhati-hati dalam menghadapi para hantu di kota New York. Mereka sebisa mungkin meminimalisir kesalahan dan resiko yang tak perlu sementara para penerusnya lebih experimental dengan pemikiran coba dulu, pikir belakangan. Rasanya beda dan Spielberg-esque.

Dari ketiga anggota baru Ghostbusters baru tersebut, spotlightnya ada pada Phoebe dan Podcast. Scene-scene di mana keduanya berinteraksi adalah beberapa bagian terbaik dari Ghostbusters: Afterlife. Interaksi keduanya selalu sukses mengundang tawa kami karena betapa kontrasnya kepribadian mereka, Phoebe yang serius dipasangkan dengan Podcast yang tengilnya setengah mampus.

McKenna Grace dan Logan Kim memainkan karakternya dengan apik dan kami tak akan kaget apabila Kim nantinya menjadi salah satu bintang komedi besar. Delivery komedinya kerap on point dan jarang sekali berakhir garing.

Hal yang tidak boleh dilewatkan pada review ini adalah bagaimana Jason Reitman mencoba menggunakan practical effect dalam menggarap Ghostbusters: Afterlife. Seperti ayahnya, Jason Reitman tidak mau terlalu bergantung pada CGI ketika menghadirkan serbuan hantu-hantu di Summerville. Sebagai contohnya, salah satu monster yang hadir kembali di Afterlife dihadirkan dengan teknologi animatronic. Bayangkan, di tahun 2021, masih pakai animatronic.

Overall, Ghostbuster: Afterlife adalah proses regenarasi yang apik dari Jason Reitman. Ia tidak terjebak di bawah bayang-bayang karya ayahnya. Sebaliknya, ia mengembangkan lebih lanjut apa yang sudah dibuat oleh ayahnya dan menyuntikkan hal-hal baru untuk menyegarkan kembali franchise Ghostbusters. Ghostbusters: Afterlife mungkin tidak akan se-ikonik Ghostbusters pertama yang rilis tahun 1984 lalu, namun Afterlife menunjukkan bahwa di tangan yang tepat franchise ini bisa memiliki hidup baru yang lebih engaging dan thrilling. (*)

Editor: Redaksi Akurasi.id

Sumber: Kumparan.com

 

 

 

Rekomendasi Film Tom Holland, Aktor Muda Bertalenta

Rekomendasi Film Tom Holland, Aktor Muda Bertalenta

Akurasi.id – Film Tom Holland? siapa yang tidak kenal dengan selebriti muda dunia Tom Holland. Parasnya yang tampan dan aktingnya yang memukau selalu mencuri perhatian para penonton. Setelah sukses membintangi peran sebagai superhero Spider-Man di Marvel, namanya kian bersinar. Banyak tawaran film berbagai genre yang dia dapatkan.

Tom Holland kembali ramai dibicarakan membintangi film-film terbaru Marvel Studio dan Sony Pictures. Selain Spider-Man, berikut rekomendasi film yang dibintangi Tom Holland dilangsir brilio.net, Jumat (26/11/2021).

Cherry

Cherry merupakan film yang diangkat dari buku autobiografi karya Nico Walker. Kisahnya tentang seorang pria muda yang hidupnya dipenuhi oleh berbagai pilihan dilematis dalam hidupnya, berawal sejak ia berjumpa dengan gadis yang ia anggap sebagai belahan jiwanya, Emily (Ciara Bravo).

The Current War

The Current War adalah sebuah film drama sejarah Amerika Serikat tahun 2017 yang disutradarai oleh Alfonso Gomez-Rejon dan ditulis oleh Michael Mitnick. Film ini mempertemukan Tom Holland dengan Benedict Cumberbatch sebagai Samuel Insull dan Thomas Alva Edison.

Captain America: Civil War

Captain America: Civil War merupakan sebuah film pahlawan super Amerika Serikat yang dirilis pada tahun 2016. Ini adalah film ketiga belas di Marvel Cinematic Universe. Meskipun hanya berperan sebagai pendukung, namun Tom Holland disini memberi warna baru. Peran Tom Holland sebagai Spider-Man muncul perdana lewat film Captain America: Civil War .

Spider-Man: Homecoming

Sementara film solo pertama Tom Holland di MCU dirilis pada tahun 2017 dengan judul Spider-Man: Homecoming, bercerita mengenai Peter Parker berusaha menyeimbangkan dua kehidupannya yang sangat bertolak belakang, menghentikan aksi penjualan senjata Chitauri oleh Adrian Toomes dan menjalani hari-hari selayaknya murid SMA.

The Impossible

Tom Holland berhasil memenangkan Empire Award untuk Best Male Newcomer berkat perannya sebagai Lucas Bennett di film The Impossible. Film ini menceritakan dari kisah tentang satu keluarga yang selamat dari terjangan tsunami tahun 2004. Maria, Henry dan tiga putranya mengisi liburan awal musim dingin mereka di Thailand, menikmati surga di negara tropis. Namun pada tanggal 26 Desember, saat mereka sedang bersantai di sekitar kolam renang setelah perayaan Natal pada malam sebelumnya, sebuah deru mengerikan terdengar dari pusat bumi. Maria membeku dalam ketakutan, ombak besar menerjang tepat ke arahnya.

The Devil All the Time

Film ini adalah hasil adaptasi novel Donald Ray Pollock. Film ini juga bergenre thriller yang kisahnya berfokus pada seorang bocah laki-laki bernama Arvin Russell (Tom Holland), dan berlatar belakang Perang Dunia II dan Perang Vietnam. Awalnya dia adalah anak laki-laki yang rajin beribadah, taat agama. Akan tetapi perangainya mulai berubah.

Spider-Man: No Way Home

Film yang akan datang adalah Spider-Man: No Way Home, film ini begitu ditunggu-tunggu oleh para pecinta superhero Marvel. Teaser film ini sempat bocor, kemudian ditarik kembali oleh Sony. Dan film ini akan tayang serentak pada 17 Desember 2021. (*)

Editor: Rezki Jaya
Sumber: Brilio.net

Rekomendasi Film Action Netflix, Mengisi Waktu Santai Anda di Rumah

Rekomendasi Film Action Netflix, Mengisi Waktu Santai Anda di Rumah

Akurasi.id – Film Netflix sekarang ini sudah menjadi wadah untuk menonton film-film keren, karena film-film yang berasal dari Netflix memang bisa dibilang film-film berkualitas yang harus ditonton oleh movie mania.

Makin banyak aplikasi nonton streaming bermunculan, salah satu yang terbaik adalah Netflix ini. dengan begitu, banyak orang yang percaya dan mencari referensi film yang diberikan oleh Netflix.

Film action merupakan salah satu genre film favorit banyak orang, karena selain memunculkan pemain-pemain yang keren, juga memperlihatkan banyak adegan seru dan menegangkan.

Beberapa jenis film action misalnya saja film perang, film kungfu ataupun superhero. Aktor-aktor yang biasa memainkan film action juga beragam, dan seperti pada Netflix juga banyak film action yang menampilkan film superhero dengan aktor yang tampan dan gagah.

Sebut saja Tom Cruise, Jason Statham, Jackie Chan ataupun aktor laga senior seperti Sylvester Stallone dan Arnold Schwarzenegger yang sering terdengar bermain dalam film action atau film laga.

Film action pun tidak melulu harus tentang perang atau perkelahian, tapi aksi melawan kejahatan pun masuk dalam kategori film action. Dari beberapa film action yang pernah beredar atau akan beredar, banyak judul film yang memang wajib ditonton.

Oleh karena itu, jangan sampai Anda mengaku penggemar film kalau tidak pernah menonton film action.

Bicara mengenai film Netflix, banyak sekali rekomendasi terbaik sebagai film terbaik genre action. Semua film action yang keren dan berkualitas, pasti bisa Anda cari di Netflix.

Berikut ini ada beberapa rekomendasi terbaik film Netflix yang pernah ada termasuk film action terbaru di tahun ini. Dilangsir dari finansialku.com, Jumat (26/11/2021).

The Old Guard (2020)

Melihat awal cerita film ini, pasti Anda akan terus ketagihan menonton film Netflix ini. Karena, film dengan genre action bercampur fantasi ini cukup menarik dalam hal tema cerita.

Di mana beberapa orang terpilih menjadi prajurit bayaran dan sudah hidup ribuan tahun karena memiliki kekuatan tidak bisa mati atau abadi.

Melakukan banyak misi, hingga pada suatu saat misi hampir saja gagal karena ada kesalahpahaman.

Enola Holmes (2020)

Mendengar judulnya, pasti Anda akan teringat dengan salah satu tokoh bernama Sherlock Holmes. Karena, memang film berjudul Enola Holmes ini menceritakan kisah seorang adik dari detektif terkenal Sherlock Holmes tersebut.

Extraction (2020)

Film Extraction yang juga menjadi film Netflix pilihan, bisa menjadi daftar panjang tontonan Anda di tahun ini. Film yang dibintangi aktor tampan Chris Hemsworth, akan membuat Anda tercengang dengan aksi laganya.

Si tampan yang juga pernah memainkan film Thor ini, berperan sebagai tentara bayaran yang mempunyai misi menyelamatkan seorang anak dari gembong narkoba yang berasal dari India.

The Lovebirds (2020)

Pada awalnya film ini mengisahkan tentang percintaan, hingga menjadi cerita pembunuhan. Di situlah film Netflix yang berjudul The Lovebirds ini mengeluarkan sesi laganya, sebagai film bergenre action.

The Night Comes For Us (2019)

Siapa sangka salah satu rekomendasi film action Netflix berasal dari Indonesia. Sekarang ini perfilman Indonesia memang sudah menuju internasional, lho.

Beberapa pemain action Indonesia yang juga sudah mulai masuk kancah internasional sudah kita kenal, seperti Iko Uwais, Joe Taslim yang kali ini berperan dalam film The Night Come For Us.

Dalam film ini, beberapa pemain wanita hebat pun ikut menyukseskan ceritanya seperti Dian Sastrowardoyo dan Julie Estelle.

Triple Frontier (2019)

Film yang diperankan oleh Ben Affleck sebagai bintang utama menjadi salah satu rekomendasi film Netflix terbaik. Berjudul Triple Frontier, dengan cerita yang hampir mirip dengan film action Expendables.

Bad Boys For Life (2020)

Film action tidak melulu harus serius dan tegang, ada kalanya film genre ini juga dibumbui dengan aroma komedi dan bahkan menjadi konsep utama dalam film action tersebut.

Film Bad Boys For Life yang dibintangi aktor laga komedi seperti Will Smith, membuat film action ini semakin segar.

Spenser Confidential (2020)

Film Netflix yang selanjutnya ini juga membuktikan bahwa banyak film action yang sangat asyik dan menyenangkan untuk ditonton karena banyak kelucuan yang terdapat di dalamnya.

The Last Day of American Crime (2020)

Film dengan judul The Last Day of American Crime merupakan film action dengan bumbu kriminal, yang memiliki latar tempat Amerika.

Film yang mengambil cerita dari sebuah kisah novel ini dirilis pada bulan Juni tahun 2020 dengan tema cerita yang diangkat adalah aksi pencurian dua orang pria dan wanita.

The Last Thing He Wanted (2020)

Rekomendasi terakhir film Netflix berjudul The Last Thing He Wanted, dengan latar belakang cerita mengenai sejarah negara Amerika dan dunia politiknya.

Terbukti dari rekomendasi film action di atas menjelaskan bahwa banyak film action yang juga memiliki variasi tema cerita, latar belakang tempat dan bumbu pendamping cerita.

Tidak hanya lucu, bahkan juga romantis hingga tegang seperti tema politik. Yang terpenting, film-film tersebut merupakan rekomendasi terbaik dari film Netflix yang pernah ada untuk menghibur Anda di rumah. (*)

Editor: Rezki Jaya
Sumber: Finansialku.com

Review Film Army of Thieves: Lebih Bagus Dibanding Army of The Dead

Review Film Army of Thieves: Lebih Bagus Dibanding Army of The Dead

Akurasi.id – Zacky Snyder belum selesai dengan dunia Army of The Dead. Akhir Oktober lalu, dia merilis spin-off (sekaligus prekuel) dari Army of The Dead berjudul Army of Thieves di Netflix. Berbeda dengan film pendahulunya yang sarat akan zombie, Army of Thieves fokus pada petualangan Sebastian Schlencht-Wohnert aka Ludwig Dieter (Matthias Schweighofer) dan geng pencurinya. Zombie di Army of Thieves tak lebih dari sekedar background yang ditampilkan lewat pemberitaan TV di saat Ludwig cs sibuk melakukan pencurian terpenting dalam sejarah.

Kisah Army of Thieves bermula dari direkrutnya Ludwig oleh pencuri kelas kakap bernama Gwendoline Starr (Nathalie Emmanuel). Gwen ingin Ludwig membantunya membobol tiga dari empat brankas legendaris buatan blacksmith Hans Wagner bernama Rheingold, Valkyrie, Siegfried, dan Gotterdamerung. Keempatnya dibangun Hans berdasarkan kisah drama musical epic buatan Richard Wagner, Der Ring des Nibelungen (Cincin Nibelung).

Menyaksikan langsung Ludwig memenangkan kompetisi pembobolan brankas, bahkan dengan handicap waktu, Gwen menyakini Ludwig akan menjadi asset berharga untuk timnya. Apalagi, Ludwig sudah tahu soal keempat brankas Wagner. Sayang, Ludwig mendapat sambutan hostile dari anggota kru Gwen mulai dari Korina (Ruby O. Fee), Brad Cage (Stuart Martin), dan Rolph (Guz Khan). Tidak ada pilihan bagi Ludwig selain membuktikan bahwa dialah satu-satunya harapan mereka membobol ketiga brankas Wagner.

Bisa dilihat dari sinopsisnya, premis Army of Thieves sebagai heist movie memang relatif simple, tentang pembobolan brankas yang dirasa impossible. Namun, hal tersebut di satu sisi adalah blessing in disguise untuk film yang disutradarai pemeran Ludwig sendiri. Kesderhanaan itu membuat Army of Thieves terasa fun, enjoyable dan straightforward (tidak bertele-tele). Film Army of The Dead yang disutradarai oleh Zack Snyder adalah kebalikan dari Army of Thieves.

Salah satu hal yang tidak kami suka dari Army of The Dead adalah betapa pretensius-nya film tersebut. Zack Snyder mencoba world building kerajaan zombie lewat Army of The Dead, lengkap dengan strata, legal, dan hirarki yang jelas. Sayangnya, eksekusinya serba tanggung, membuat film Snyder tersebut terasa menjemukan. Hal itu diperburuk dengan development serta chemistry antar karakter yang serba datar, bahkan ketika Snyder mencoba memasukkan plot romance di tengah-tengahnya. Snyder seperti lupa apa yang fun dari film zombie.

Army of Thieves adalah kebalikannya. Film berdurasi kurang lebih dua jam tersebut tahu betul apa yang fun dari genre Heist mulai dari dinamika antara anggota kru hingga ‘kemustahilan’ dari pencurian yang dilakukan. Sutradara Matthias Schweighofer setia betul terhadap formula tersebut sehingga tiap pencurian yang dilakukan oleh Ludwig cs terasa fun, seru, terkadang juga jenaka.

Nilai minus dari setia pada formula tentu membuat Army of Thieves terasa tidak spesial-spesial amat apabila dibandingkan film-film lainnya. Pencurian serta intrik yang dihadirkan, walaupun enjoyable, mayoritas sudah pernah muncul dalam wujud serupa tak sama di film Heist lain. Kompleksitas dari pencurian yang dilakukan pun masih dalam proses yang tidak mustahil-mustahil amat, apalagi jika dibandingan dengan serial Heist sekelas Money Heist.

Mengacu pada hal-jal tersebut, mengkombinasikan pendekatan Zack Snyder di Army of The Dead dan Matthias Schweighofer di Army of Thieves mungkin solusi yang bisa diambil ke depannya. Jujur saja, ketika mendengar konsep Army of Thieves pertama kali beberapa bulan lalu, kami membayangkan aksi pencurian di dunia penuh zombie dengan pendekatan komedi ala Zombieland. Realitanya berkata berbeda, unsur zombie hanya background kecil dan Army of Thieves berakhir formulaic terlepas betapa enjoyable-nya film itu.

Salah satu hal yang kami suka dari Army of Thieves adalah visual dan sound effect saat Ludwig membobol tiap brankas Cincin Nibelung. Visualisasi mekanisme brankas yang sedang dibuka, dengan suara kunci kombinasi yang empuk di telinga, membuat tiap proses pencurian terasa seperti ASMR yang satisfying untuk didengar. Untuk hal itu, kami harus mengucapkan terima kasih padaHans Zimmer bersama Steve Mazzaro.

Hal lain yang menonjol dari film ini adalah karakter Ludwig. Matthias Schweighofer dengan apik menghadirkan sosok Ludwig yang lebih relatable, humane, dan jenaka dibandingkan versi yang ada di Army of The Dead. Di Army of Thieves, Ludwig baru saja memulai karir pencuriannya sehingga banyak momen jenaka di mana ia ketakutan membobol brankas-brankas Wagner. Sementara itu, di Army of The Dead, karakter Ludwig nyaris tidak memiliki role atau development yang berarti selain direkrut untuk membuka brankas dan tewas.

Akhir kata, Army of Thieves adalah film yang arguably lebih menghibur dan enak ditonton dibandingkan Army of The Dead. Sutradara Matthias Schweighofer mengkapitalisasi trope-trope film Heist dengan baik dan menjaga filmnya tetap fun, didukung dengan jajaran cast yang tampil apik sebagai tim yang disfungsional. Sayangnya, film yang sudah tayang di Netflix ini tidak menawarkan hal yang baru-baru banget di saat ada kesempatan untuk memanfaatkan pandemic zombie sebagai latar yang lebih integral dibandings sekedar menjadi cuplikan berita di layar kaca. (*)

Editor: Redaksi Akurasi.id

Sumber: Kumparan.com

 

 

 

Daftar Film Kevin Hart untuk Menghibur Kamu

Daftar Film Kevin Hart untuk Menghibur Kamu

Akurasi.id – Kalau kamu suka film komedi, pastinya kamu tidak asing dengan Kevin Hart. Mengawali karir sebagai stand-up comedian, banyak yang mengira bahwa Hart akan mendapat jalan yang mudah menjadi aktor. Kenyataannya tidak, pria kelahiran Philadelphia tersebut baru mendapat peran utama setelah sebelumnya bermain cukup lama sebagai figuran dalam peran film Kevin Hart

Di Indonesia sendiri, sudah jadi hal biasa kalau stand-up comedian melebarkan sayap dengan bermain di film-film komedi. Bahkan nggak cuma main, ada juga yang terlibat sejak proses penulisan. Sekarang, kita akan berkenalan dengan salah satu stand-up comedian terbaik asal Amerika, Kevin Hart.

Berikut daftar film Kevin Hart untuk mengisi waktu kamu, dilangsir dari bacaterus.com, Kamis (25/11/2021).

Think Like A Man (2012)

Empat orang pria yang sudah bersahabat lama memasuki babak baru dalam kehidupan mereka. Semuanya sudah mempunyai pasangan. Kehidupan mereka pada awalnya baik-baik saja, sampai pasangan mereka menemukan banyak hal baru dalam sebuah buku berjudul Act Like A Lady, Think Like A Man.

Think Like A Man merupakan film yang mengadaptasi buku karya Steve Harvey yang juga berjudul Act Like A Lady, Think Like A Man. Kevin Hart berperan sebagai Cedric, seorang pria yang sudah bercerai dari pasangannya tapi tetap menjadi orang yang bahagia. Fim ini merupakan film pertama Hart menjadi peran utama.

Grudge Match (2013)

Henry Sharp dan Billy Kid McDonnen adalah dua orang petinju legendaris yang pernah menampilkan pertandingan paling ikonik. Di usia senja, nasib mereka nggak semujur dulu. Berselang 30 tahun setelah pertandingan ikonik mereka, Dante Slate Jr mencoba menghidupkan kembali kenangan masa lalu dengan mempertandingkan kedua petinju legendaris tersebut.

Masalahnya kedua petinju itu sudah memasuki usia senja. Apakah mungkin untuk mereka bertanding seperti dulu? Di film Grudge Match, Kevin Hart berperan sebagai Dante Slate Jr seorang promotor yang mencoba mengikuti jejak ayahnya. Kehadiran Hart membuat atmosfir yang seharusnya serius menjadi adegan yang mengundang tawa.

 The Wedding Ringer (2015)

Doug Harris berniat menikahi wanita yang dicintainya, Gretchen Palmer. Hampir semua detil bisa direncanakan dengan baik. Kekurangannya hanya satu, Doug nggak punya sahabat. Berbekal saran dari Edmundo, Doug menyewa Jimmy Callaham, penyedia jasa pendamping pria di pernikahan. Keduanya harus berusaha sebaik mungkin agar orang lain nggak tahu hubungan mereka sebenarnya.

Kevin Hart di film The Wedding Ringer berperan sebagai Jimmy Callahan. Bergenre komedi, film ini menyajikan cerita yang nggak rumit sebagaimana tujuannya untuk mengundang tawa para penontonnya. Belum lagi ada Josh Gad yang menjadi Doug Harris, dia memang sudah terbiasa bermain di film-film komedi.

Get Hard (2015)

James King adalah seorang pengusaha kaya yang mempunyai tunangan bernama Alissa. James mempunyai perusahaan yang dijalankan oleh ayah mertuanya, Martin Barlow. Sayangnya, James dikenai tuduhan pencucian uang dan dinyatakan bersalah dengan hukuman tujuh tahun mendekam di San Quentin yang dikenal mencekam.

Hakim memberinya waktu 30 hari untuk mempersiapkan diri dan dia memilih Damell Lewis untuk membuatnya menjadi orang yang berbeda. Peran Damell Lewis dimainkan oleh Kevin Hart. Dia adalah seorang ayah sekaligus suami yang ingin menyekolahkan anaknya di tempat yang bagus karena mereka berada di lingkungan yang buruk dengan banyak tindakan kriminal.

The Upside (2017)

Phillip Lacasse merupakan pengusaha kaya raya yang baru saja dinyatakan lumpuh akibat kecelakaan. Dia dibantu oleh sekretaris pribadinya, Yvonne untuk menyeleksi orang yang akan dijadikan perawat. Dell Scott, seorang narapidana menerobos masuk untuk diwawancara dan secara mengejutkan dipilih untuk menjadi perawat. Dell rela melakukan itu karena bayaran yang tinggi.

The Upside merupakan remake dari film asal Perancis berjudul The Intouchables. Mengambil cerita dari kisah nyata, film ini disederhanakan agar penontonnya nggak terlalu pusing untuk memahami jalan cerita. Kevin Hart berperan sebagai Dell Scott. Di antara banyak film, film ini menampilkan Hart yang serius tapi tetap bisa mengundang tawa di tengah drama yang menyentuh.

Night School (2018)

Teddy Walker merupakan seorang karyawan sebuah toko penjualan alat barbekyu. Dia sangat pintar membujuk pengunjung untuk membeli produk mereka. Merasa cukup mapan, dia membawa kekasihnya, Megalyn ke toko tempatnya bekerja untuk dilamar. Sayangnya, dia justru meledakkan toko dan harus mencari pekerjaan baru.

Setelah insiden itu, dia ikut kelas malam untuk mendapat ijasah SMA. Masalahnya yang ikut di kelas itu merupakan para berandalan. Kevin Hart berperan sebagai Teddy Walker. Dengan cerita ringan dan pemain-pemain yang terbilang ahli di bidangnya, kita bisa tertawa tanpa harus berpikir keras dulu.

35 & Ticking (2011)

Empat orang sahabat yang semuanya sudah berusia di atas 35 tahun memiliki berbagai masalah pribadi. Zenobia masih mencari pasangan untuk dijadikan suami. Victoria menikah dengan seorang pria tapi nggak mau punya anak. Cleavon merupakan pria pemalu yang kesulitan mendapatkan kekasih. Sementara Phil mempunyai istri tapi istrinya nggak mau menjadi ibu.

Masing-masing berusaha menyelesaikan permasalahan di usia yang nggak lagi muda. Berperan sebagai Cleavon yang pemalu, Hart berhasil bertransformasi ke dalam perannya dengan baik. Pastinya dilengkapi dengan berbagai kekonyolan dan tingkah lucunya. Selain itu, film ini juga berhasil menyampaikan pesan yang diinginkan tentang permasalahan memasuki usia paruh baya.

Central Intelligence (2016)

Calvin Joyner adalah seorang pria yang populer di masa sekolahnya. Memasuki usia dewasa dia bekerja sebagai akuntan yang tiba-tiba dihubungi oleh kawannya semasa sekolah Bob Wheirdicht. Berencana untuk sekadar reuni, Calvin justru diajak memasuki dunia petualangan yang berbahaya karena ternyata Bob adalah seorang agen intelijen.

Kevin Hart berperan sebagai Calvin Joyner di film Central Intelligence. Berduet dengan Dwayne Johnson, film ini bisa dengan mudah mengundang tawa. Selain itu, film ini mengandung pesan yang cukup penting tentang persahabatan dan perlawanan terhadap perundungan. Dilengkapi dengan bagaiamana hal tersebut mempengaruhi mental seseorang tapi dikemas secara kocak.

Jumanji: Welcome to the Jungle (2017)

Empat orang siswa mendapat hukuman berupa membersihkan sebuah ruang bawah tanah yang akan dijadikan perpustakaan. Di ruang bawah tanah mereka menemukan sebuah permainan bernama Jumanji. Permainan itu kemudian membawa mereka ke dalam permainan yang berbahaya dan mengharuskan mereka untuk bertahan hidup-hidup agar bisa menyelesaikannya.

Di film Jumanji: Welcome to the Jungle, Kevin Hart berperan sebagai Dr. Franklin “Mouse” Finbar. Dia adalah salah satu karakter di dalam permainan Jumanji yang merupakan seorang ahli zoologi. Karena fisiknya yang lebih kecil daripada teman-temannya, dia menjadi yang paling lemah. Film yang sejatinya tentang petualangan ini menjadi terasa meriah tawa oleh tingkahnya.

Ride Along [2014]

Ben Barber merupakan seorang pria penggila gim yang berniat menikahi kekasihnya, Angela. Sayangnya, dia belum mendapat restu dari kakak Angela yaitu James Payton yang berprofesi sebagai detektif. Ben berhasil masuk akademi polisi.

Untuk mendapat restu dari kakak kekasihnya, dia rela berkendara dengan calon kakak iparnya seharian untuk mengungkap sebuah kasus penting. Ride Along menampilkan Kevin Hart sebagai Ben Barber dan Ice Cube sebagai James Payton.

Keduanya berhasil menggabungkan sepasang buddy cop yang karakternya bertolak belakang. Ben yang kekanak-kanakan sementara James yang serius dan sering marah-marah. Film ini sangat ringan untuk ditonton, apalagi dibumbui  dengan kekonyolan khas Kevin Hart.

Film-film di atas bisa jadi pilihan kalau kamu sedang ingin tertawa. Menonton film komedi yang menghibur selalu ampuh untuk memperbaiki suasana hati. Apalagi alur cerita yang biasanya ringan tetapi mendalam seringkali memberi kita banyak pelajaran. Mau nonton yang mana dulu, nih? (*)

Editor: Rezki Jaya
Sumber: Bacaterus.com

Rekomendasi Film Action Tom Cruise, untuk Mengisi Libur Anda

Rekomendasi Film Action Tom Cruise, untuk Mengisi Libur Anda

Akurasi.id – Rasanya sulit memisahkan film action Tom Cruise dengan Hollywood. Aktor ini berkarier di industri film sejak remaja. Belajar akting sejak remaja, penampilan Cruise dalam film perdananya berjudul Endless Love (1981) memikat hati para sutradara Hollywood film.

Melalui aktingnya dalam film Born of the Fourth of July, Cruise masuk dalam nominasi Best Actor in a Leading Role piala Oscar. Kariernya melejit setelah membintangi film action.

Berikut rekomendasi film action Tom Cruise yang masih bisa disaksikan di sejumlah layanan streaming, dilangsir dari cnnindonesia.com, Kamis (25/11/2021).

Top Gun (1986)

Film ikonik di pertengahan 1980-an ini disutradarai oleh Tony Scott dengan Jim Cash sebagai penulis naskah. Melansir Box Office Mojo, kala itu Top Gun sukses membukukan pendapatan lebih dari 353 juta dolar AS di seluruh dunia hanya dengan biaya produksi berkisar 15 juta dolar AS.

Dalam film ini Tom Cruise berperan sebagai Maverick, salah satu murid terbaik di Akademi Udara Top Gun. Maverick digambarkan sebagai sosok yang percaya diri dan kerap melanggar aturan penerbangan. Maverick mempunyai rival bernama Kazansky (Val Kilmer) yang juga mahir menerbangkan dan bermanuver pesawat tempur.

Di suatu sesi latihan terbang, Maverick dan rekannya Goose (Anthony Edwards) mengalami kecelakaan. Dalam insiden tersebut, Goose tewas. Peristiwa tersebut menyebabkan Maverick sangat terpukul. Perjuangan Maverick untuk bangkit kian terasa berat karena ia harus berjuang memenangkan hati sang mentor Charlotte Blackwood (Kelly McGillis).

34 tahun berselang, Tom Cruise memutuskan membuat sekuel kedua film ini dengan judul ‘Top gun: Maverick’. Trailer film telah dirilis pada 2019, dan sebelumnya dijadwalkan tayang tahun ini. Namun, akibat pandemi Covid-19 belum ada keterangan pasti kapan sekuel kedua ‘Top Gun: Maverick’ akan dirilis.

Mission: Impossible (1996)

Sekuel perdana dari Mission: Impossible rilis pertama kali tahun 1996. Film berkisah tentang seorang agen rahasia berbakat bernama Ethan Hunt (Tom Cruise) yang bekerja pada organisasi rahasia bernama Impossible Mission Force (IMF). IMF kerap mendapat misi berbahaya yang berhubungan dengan keamanan negara dan dunia. Kerahasiaan dalam menjalankan misi adalah mutlak.

Ethan Hunt menerima misi mengambil sebuah data di kedutaan besar Amerika di Praha. Misi sederhana ini kemudian menjadi bencana, setelah rekan Ethan Jim Phelps (Jon Voight) tewas dalam misi tersebut.

Tewasnya Jim menyebabkan Ethan menjadi tersangka utama pembunuhan. Untuk membersihkan namanya, Ethan menyewa seorang hacker bernama Luther Stickell (Ving Rhames) dan seorang agen lainnya bernama Krieger (Jean Reno).

Mission: Impossible disutradarai oleh Brian De palma, di mana Tom Cruise sendiri berperan sebagai produser bersama Paula Wagner. Hingga kini, MI telah hadir dalam 6 judul, terakhir Mission: Impossible – Fallout dirilis tahun 2018.

Minority Report (2002)

Film action bergenre Sci-fi ini dibuat berdasarkan novel fiksi karangan Philip K. Dick dengan judul yang sama. Film ini merupakan karya duet sutradara kondang Steven Spielberg dan produser Jerry Molen. Sebelumnya, Steven dan Jerry terlibat dalam film Schindler List.

Berlatar tahun 2054, di mana angka kejahatan di Amerika menyentuh titik tertinggi sepanjang masa. Dalam upaya menekan angka kejahatan dan kekerasan, Departemen Kepolisian Metropolitan Washington D.C, membentuk satuan tugas khusus yang bernama PreCrime.

Dengan bantuan teknologi bernama Pre-Cogs, PreCrime mampu menghentikan kejahatan bahkan sebelum kejahatan itu terjadi. Suatu hari, kepala unit PreCrime John Anderton (Tom Cruise) mendapatkan bukti kejahatan yang mengarah kepada dirinya.

Sistem Pre-Cogs menuduh John melakukan pembunuhan di masa depan terhadap seorang pria yang bahkan belum pernah ia temui. John yang bingung dan tidak percaya, akhirnya menerobos sistem keamanan Pre-Cogs dan ruang dokumentasi pelaku kejahatan.

Di film ini, Tom Cruise beradu akting dengan sejumlah nama seperti Colin Farrell, Samantha Morton, dan Max Von Sydow. Rotten Tomatoes memberikan film ini skor 90 persen dan penonton memberikan skor 80 persen. Sementara situs Imdb memberikan rating 7,6 dari 10.

The Last Samurai (2004)

Berlatar belakang Jepang tahun 1870, The Last Samurai berkisah tentang Kapten Nathan Algren (Tom Cruise), seorang perwira militer AS yang berpengalaman dalam perang saudara dan perang India.

Seorang pengusaha jepang bernama Omura (Masato Harada) menyewa jasa Algren untuk membantu pemerintah Meiji melakukan restorasi tantara. Kaisar Jepang (Shichinosuke Nakamura) ingin mengganti para samurai dengan seni perang modern.

Keinginan kaisar meiji melakukan restorasi mendapat perlawanan dari Katsumoto (Ken Watanabe) dengan menyerang kereta api yang membawa Algren dan tentaranya.

Pasukan tak terlatih Algren berhasil dikalahkan Katsumo, saat hampir kalah Algren bangkit dan melawan hingga berhasil membunuh Hirotaro, adik katsumoto. Katsumoto lalu membawa Algren ke desa terpencil sebagai tawanan.
The Last Samurai mempertemukan kembali Tom Cruise dan Paula Wagner sebagai produser. Sementara, film ini disutradarai oleh Edward Zwick. Rotten Tomatoes memberikan skor 66 persen, sementara penonton memberikan skor 83 persen. Dan Imdb memberikan skor 7,7 dari 10.

Collateral (2004)

Film berkisah tentang seorang supir taksi bernama Max (Jamie Foxx). Max telah bertahun-tahun bekerja sebagai seorang supir taksi, dan banyak bertemu dengan karakter orang yang berbeda-beda.

Suatu ketika, dirinya bertemu dengan Vincent (Tom Cruise). Max tak menaruh curiga saat Vincent memintanya mengunjungi beberapa tempat, sampai Max mengetahui apa yang dilakukan Vincent.

Vincent mengancam akan membunuh ibu Max, jika ia melaporkan apa yang Vincent kerjakan malam itu kepada polisi. Keadaan semakin rumit saat Vincent meminta Max membunuh seseorang. Max akhirnya memberontak saat tahu siapa target berikutnya.

Film produksi Paramount Pictures ini disutradarai oleh Michael Mann yang juga menyutradarai The Insider. Sementara skenario Collateral ditulis oleh Stuart Beattie. Situs Rotten Tomatoes memberikan skor 86 persen, sementara penonton 84 persen, sementara Imdb memberikan skor 7,5 dari 10. Film ini merupakan salah satu rekomendasi film action terbaik Tom Cruise.

War of the Worlds (2005)

Sukses dengan Minority Report, Tom Cruise kembali berduet dengan Steven Spielberg dalam film bergenre action sci-fi. Film ini merupakan adaptasi dari novel karangan H.G. Wells dengan judul yang sama.

Setelah bercerai dengan Mary Ann (Miranda Otto), Ray Ferrie (Tom Cruise) memutuskan hidup seorang diri dan bertahan hidup dengan kerja serabutan. Ray yang tak pandai mengurus anak, terpaksa menghabiskan sisa akhir pekan bersama anak-anaknya setelah mantan istrinya Mary dan pasangan barunya, menitipkan Robbie (Justin Chatwin) dan Rachel (Dakota Fanning).

Seminggu berlalu, hubungan ayah dan anak ini penuh dinamika. Hingga pada suatu ketika, terjadi fenomena alam yang aneh di daerah sekitar tempat tinggal Ray. Siang hari berubah seperti malam dengan angin topan disertai kilat menyambar jalanan kota hingga membuat retakan besar.

Orang-orang tidak mengerti apa yang sedang terjadi dan berusaha melihat isi lubang akibat retakan. Tanpa sadar, tanah tempat mereka berdiri bergetar dan muncul sebuah makhluk raksasa berkaki tiga menyerupai tentakel yang mengerikan.

Ray yang bingung dan panik, berusaha kabur bersama kedua anaknya menggunakan mobil curian, namun sayang mobil mereka mogok dan terpaksa berjalan kaki. Misi bertahan hidup pun dimulai. Situs Rotten Tomatoes memberikan skor 75 persen dan penonton 42 persen. Dan situs Imdb memberikan rating 6,5 dari 10.

Valkyrie (2008)

Berlatang belakang Perang Dunia II, film ini kisahkan Kolonel Nazi bernama Claus von Stauffenberg (Tom Cruise) yang setia dan bangga menjadi tentara Jerman, khawatir Hitler akan membawa Jerman ke jurang kehancuran.
Kamp tempat Stauffenberg bertugas mendapat serangan sekutu yang menyebabkan Stauffenberg kehilangan salah satu mata, tangan kanan, dan dua jarinya.

Usai pindah ke Berlin, Stauffenberg menuangkan gagasan menyelamatkan Jerman dari jurang kehancuran. Secara hati-hati, Stauffenberg menyeleksi dan membentuk kelompok atas mereka yang mempunyai pemikiran serupa.
Stauffenberg kemudian menyusun rencana dan waktu yang tepat membunuh Hitler dan para jenderal dalam satu waktu. Rencana pengkhianatan yang dilakukan Stauffenberg dan kelompoknya berjalan mulus, namun satu hambatan kecil mengancam seluruh keberhasilan misi pembunuhan Hitler.

Valkyrie disutradarai oleh Bryan Singer, yang juga menyutradarai X-Men (2002) dan X2: X-Men United (2003). Sementara, naskah film ini ditulis oleh Christopher McQuarrie dan Nathan Alexander.
Rotten Tomatoes memberi skor 62 persen, dan penonton memberi skor 65 persen. Sedangkan situs Imdb memberi rating 7,1 dari 10.

Edge of Tomorrow (2014)

Film sci-fi action ini mempunyai plot yang sedikit berbeda dengan film lainnya, di mana tokoh utamanya mempunyai kemampuan memutar waktu. Sesuai dengan slogan film “Live Die Repeat”.

Film ini disutradarai oleh Doug Liman, yang juga menyutradarai trilogi Jason Bourne. Film bercerita tentang bumi yang diserang oleh alien yang disebut Mimic. Berbagai negara bersatu dengan membentuk United Defense Force (UDF) untuk mengalahkan mimic.

Rita Vrataski (Emily Blunt) adalah salah satu prajurit andalan yang melawan Mimic. Saat bertarung dengan salah satu spesies Mimic langka, Rita terkena darah Mimic langka tersebut dan mewarisi kemampuan bisa kembali hidup saat dirinya meninggal.

Namun kemampuan ini hilang saat dirinya menerima transfusi darah. Major William Cage (Tom Cruise) yang baru bergabung dengan UDF, langsung diterjunkan ke dalam pertempuran hidup mati.

Dalam pertempuran, Cage secara tak terduga mengalahkan salah satu Mimic spesies langka, dan mewarisi kemampuan yang sama dengan Rita.

Kemampuan ini memaksa Cage menjalani pertempuran brutal yang sama berulang kali, dan harus mati berulang kali. Setiap kali ia mati, semakin besar kesempatan mereka mengalahkan musuh.

Rotten Tomatoes memberi skor film ini 91 persen, dan penonton 90 persen. Sedangkan Imdb memberi rating 7,9 dari 10.

American Made (2017)

American Made merupakan film bergenre action drama yang diangkat dari kisah nyata. Lewat film ini, Tom Cruise seakan ingin berkata, bahwa ia masih layak bermain dalam ragam segmen film.

Film berkisah tentang seorang pilot komersial bernama Barry Seal (Tom Cruise) yang bekerja untuk maskapai Trans World Airlines. Barry menikah dengan Lucy (Sarah Wright) dan memiliki dua orang anak.

Suatu hari Barry mendapatkan tawaran pekerjaan sampingan dari seseorang bernama Monty Schafer (Domhnall Gleeson). Pekerjaan sampingan ini cukup menghasilkan banyak uang.

Dengan kemahiran menerbangkan pesawat, Barry diminta CIA melakukan pengintaian udara. Schafer yang terkesan dengan kinerja Barry menawarkannya menjadi perantara CIA dan Jenderal Manuel Noriega di Panama.
Dalam misinya, Barry kemudian bertemu dengan kartel Medellin, kartel narkoba nomor satu di Kolombia. Pertemuannya dengan Pablo Escobar (Mauricio Mejia) total mengubah hidup Barry.

Di film ini Tom Cruise kembali berduet dengan Sutradara Doug Liman, sementara naskah film dipercayakan kemana Gary Spinelli. Situs Imdb memberikan rating 7,2 dari 10. Sementara, Rotten Tomatoes memberikan skor 86 persen dan penonton 78 persen.

Itulah rekomendasi film action Tom Cruise yang bisa disaksikan mengisi waktu luang Anda di rumah. Beberapa film di atas dapat disaksikan di layanan streaming film. (*)

Editor: Rezki Jaya
Sumber: Cnnindonesia.com