Review Film Rurouni Kenshin (The Final - The Beginning)

Review Film Rurouni Kenshin (The Final – The Beginning)

Akurasi.id — Sebagai (mungkin) penghujung, film Rurouni Kenshin: Final Chapter (The Final dan The Beginning) mencoba menjawab semua tanya, tapi seakan lupa menyuguhkan apa yang penonton haus akan Pertarungan.

Tapi rasanya tak apa, itulah konsekuensi premis besar dengan alur maju-mundur. Dua film ini sukses menggambarkan siapa sebenarnya Kenshin Himura.

Dilansir dari cnnindonesia.com, Sabtu (11/09/2021), film Rurouni Kenshin: Final Chapter berjalan mundur dan cukup apik menyampaikan ‘background’ besar cerita.

Rangkaian film Rurouni Kenshin mengisahkan tentang seorang pengembara bernama Kenshin Himura (Takeru Satoh), bekas pembunuh berdarah dingin di Jepang dengan latar tahun 1860-an.

Zaman perang peralihan rezim ia dikenal sebagai Hitokiri Bottousai (Battousai sang Pembantai). Usai rezim Syogun runtuh, ia mengganti nama menjadi Kenshin Himura dan berjanji pada dirinya tak lagi membunuh.

Bertahan menolong orang yang membutuhkan, ia juga membantu pemerintah Jepang menghentikan kejahatan sisa-sisa rezim Syogun yang belum sepenuhnya hilang.

Di pengembaraannya, ia tinggal bersama Kaoru (Emi Takei), Yahiko (Riku Ohnishi), dan Sanosuke Sagara (Munetaka Aoki). Bersama mereka, Kenshin menjaga perdamaian Tokyo dan Kyoto.

READ  Review Black Widow: Menjawab Pertanyaan, Namun Terlambat

Rurouni Kenshin: Final Chapter (2021) adalah dua film terbaru dari rangkaian sebelumnya, Rurouni Kenshin: The Origins (2012), Rurouni Kenshin: Kyoto Inferno (2014), dan Rurouni Kenshin: The Legend Ends (2014).

Final Chapter (The Final dan The Beginning) sebagian besar mengisahkan latar belakang persimpangan hidup Kenshin dari seorang samurai pembantai menjadi pengembara yang damai.

Alur Mundur, Kembali ke Sangat Awal

Pintu masuk alur mundur Rurouni Kenshin: Final Chapter dimulai dari momen pertemuan Kenshin dengan Enishi Yukishiro (Mackenyu Arata), yang ternyata adik dari mendiang istri Kenshin.

Pertarungan Kenshin dan Enishi di The Final membawa penonton terbang mundur ke masa-masa Kenshin bertemu Tomoe (Kasumi Arimura), yang ternyata tokoh sentral dalam premis besar 5 film Rurouni Kenshin.

READ  Iko Uwais Dapat Peran di The Expendables 4

Sungguh dua film terakhir ini ternyata berperan penting mengisi lubang-lubang pertanyaan yang muncul di benak penonton, dan Tomoe yang mulanya muncul sekilas-sekilas ternyata adalah inti dari semua.

Film ini seakan menjawab komentar dan ekspektasi penggemar Rurouni Kenshin bahwa klimaks dari alur maju cerita ini memang ada di pertarungan dengan Makoto Shishio (Tatsuya Fujiwara).

Lompat jauh ke belakang di sekuel akhir sebuah waralaba adalah ide gila dan berisiko, namun sutradara Keishi Ohtomo seakan menjawab: penting untuk mundur ke belakang, mengenal Kenshin.

Alur maju mundur tersebut memberi kesan bahwa waralaba 5 film ini adalah sebuah grand design yang luar biasa, dan terkonsep matang secara latar waktu.

Tahun 2012 adegan berawal di Pertempuran Toba Fushumi, dan sembilan tahun berikutnya berakhir di latar pertarungan yang sama, di badai salju yang sama.

READ  Daftar Game Nintendo Switch untuk Anak, Seru dan Aman

Kaya Dialog dan Amat Lambat

Rasanya Rurouni Kenshin: Final Chapter (The Final dan The Beginning) tidak bisa ditonton dan dinilai tanpa berbekal pengalaman menyaksikan tiga film sebelumnya.

Pasalnya, kedua film terakhir tersebut didominasi dialog dan berjalan amat lambat, tak seperti film action pada umumnya. Ada pertarungan, tapi tak banyak.

Terutama Rurouni Kenshin: The Beginning, paruh awal film berjalan amat, amat lambat. Pertemuan serta dialog Kenshin dan Tomoe jadi sajian sejam penuh.

Namun itu beralasan, Tomoe lah kunci dan wanita paling berpengaruh di hidup Kenshin. Ialah kunci persimpangan Battousai menjadi Kenshin yang cinta damai.

READ  Daftar Film Tom Hardy, Enak Ditonton Saat Weekend

Kenshin yang kita saksikan di cerita awal waralaba Rurouni Kenshin ternyata bukanlah pribadi yang sederhana, bukan sekadar pengembara, bukan sekadar samurai ‘insyaf’.

Kenshin bukanlah pribadi yang banyak bicara, maka untuk mengkonstruksi kepribadiannya dibutuhkan banyak ‘celoteh’ orang di masa lalu.

Jika Anda hanya haus aksi Kenshin mengayun pedang menebas lawan, berhentilah sampai Rurouni Kenshin: The Legend Ends. Tapi, Anda takkan mengenal Kenshin seutuhnya.

Tentang Tanda ‘X’ di Pipi Kenshin

Satu hal yang layak dikagumi dari kisah panjang Rurouni Kenshin (2012-2021) adalah bagaimana kisah panjang ke masa depan dan ke masa lalu berpusat pada suatu simbol, yaitu tanda ‘X’ di pipi Kenshin.

Rurouni Kenshin: The Beginning mempertebal sejarah asal-muasal tanda ‘X’ tersebut, di mana ternyata dua orang pembuat tanda tersebut adalah sepasang kekasih, Tomoe dan mantan kekasihnya.

Hal tersebut berkaitan dengan dua adegan yang berulang-ulang sejak Rurouni Kenshin: The Origins (2012), yaitu adegan Pertempuran Toba Fushumi di badai salju, dan pembunuhan kekasih Tomoe di Kyoto.

Sekali lagi, keterkaitan dan keterikatan waralaba lima film dibentuk amat baik, membuktikan bahwa produksi Rurouni Kenshin adalah sebuah grand design yang memukau.

READ  Review Film The Boss Baby: Family Business (2021)

Lima film dirasa tepat secara kuantitas merangkum kisah panjang sang samurai dalam versi manga (komik) dan anime (serial kartun televisi).

Berangkat dari kemunculan tanda ‘X’ di pipi pemeran utama yang terasa aneh dan tak penting, nyatanya tanda tersebut punya kisah panjang dalam konstruksi pribadi Kenshin.

Tokoh Utama yang Apa Adanya

Pada akhirnya kita tahu siapa Kenshin Himura. Ia bukanlah tokoh utama superhero yang suci. Justru dosa-dosa di masa lalu yang membuat kita tahu bahwa Kenshin adalah tokoh utama yang apa adanya.

Ia adalah pembunuh berdarah dingin, ia adalah samurai yang keji, ia (secara teknis) adalah perebut kekasih orang. Kenshin yang baik hati adalah ujung dari perjalanan batin yang berat.

Namun, satu hal yang pasti: Kenshin merupakan seorang samurai yang konsisten ingin menciptakan kedamaian di Jepang. Namun, cara mewujudkannya berbeda, bergantung pada situasi.

Semoga ulasan ini dibaca oleh penonton yang telah menuntaskan lima film waralaba Rurouni Kenshin, sehingga kita punya pemahaman dan kepuasan yang sama soal konstruksi tokoh Kenshin.

READ  Review Film Ghostbusters Afterlife: Regenerasi Para Pemburu Hantu!

Salah Satu Live-action Terbaik

Pada akhirnya tetap dapat dikatakan bahwa Rurouni Kenshin merupakan salah satu proyek live-action terbaik. Tak mudah tentunya mewujudkan proyek live-action.

Transformasi format dari karya orisinal anime atau manga tentu risikonya besar. Sama seperti cerita lainnya, Rurouni Kenshin atau Samurai X punya banyak penggemar.

Adegan laga pertempuran amat fantastis, namun tetap nampak realistis mengingat latar cerita adalah kenyataan – samurai sungguh ada -, yang dipotret dramatis.

Penokohan setiap karakter tidak terasa gagal, hampir semuanya (setidaknya terasa) seperti yang digambarkan di manga dan anime, pun Kenshin.

READ  Kata-Kata Romantis Ucapan Selamat Ulang Tahun untuk Pacar

Takeru Satoh bisa memerankan seorang samurai yang dingin, tak berperasaan. Dalam waktu berbeda, ia pun dapat menjadi sosok yang hangat dan penuh iba.

Setiap dari lima film waralaba Rurouni Kenshin berakhir, sebagai penggemar Rurouni Kenshin atau Samurai X rasanya ingin berdiri dan bertepuk tangan, begitu mengangumkan.

Apalagi, kisah Kenshin di tengah pergantian era/rezim memberi kita pelajaran yang dekat dengan kehidupan: Meski korbankan darah, runtuhnya rezim tak mungkin tak bersisa. (*)

Editor: Yusva Alam

 

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *